Review Film Bulan diatas Kuburan


   

Haloooo readers.....Hari ini mau sedikit sharing film Bulan diatas Kuburan mumpung masih hangat diingatan karena semalam baru saja keluar dari Blitz nonton ini movie.
Hey jangan sangka film ini HOROR yah! Hihihi...
Excited ketika pak suami minggu lalu membelikan novel gabungan Trilogi Soekram karya Sapardi Djoko Damono. Lumayan lama tidak bernostalgia dengan buku-buku sastra. Nah, lihat tayangan talkshow dengan tema film ini. Berasa balik ke zaman SMA, yang baru kenal dengan karya-karya sastra Nusantara. Salah satunya film ini yang terinspirasi dari puisi yang berjudul "Malam Lebaran"

Film ini gak ada unsur horornya sama sekali.
Seperti yang dikatakan diatas film ini terinspirasi dari karya Sitor Situmorang yang bunyinya seperti ini :

Malam Lebaran

Bulan diatas kuburan

-Sitor Situmorang-


Entah apa makna pasti yang dimaksudkan oleh pencipta. Yang jelas pengamat puisi mencitrakan dengan pemahaman yang berbeda-beda terhadap puisi yang berisi hanya satu baris itu.

Dari puisi itu film Bulan diatas Kuburan dibuat, pada tahun 1973 karya Asrul Sani, dengan judul yang sama. Dan disadur kembali tahun ini dengan menyertakan banyak artis Nasional didalamnya.

Ada tiga sekawan yaitu Sahat (Rio Dewanto), Tigor (Donny Alamsyah) dan Sabar (Tio Pakusadewo) yang bercita-cita meraih kesuksesannya di Jakarta dan meninggalkan Samosir Sumatera Utara kampung halamannya. Dengan adat budaya yang kental, kami disuguhkan dengan pemandangan alam Samosir dan Toba yang masih asri.
Sesampainya di Jakarta nasib merubah hidup mereka masing-masing, Sahat bertemu dengan Mona (Atikah Hasiholan) mereka menikah dan Sahat menjadi kehilangan pribadinya karena kekayaan dan kesuksesan ayah Mona sebagai anggota partai yang berambisi menjadi presiden.
Lalu Tigor yang bertemu preman Jakarta sehingga menjadi orang kepercayaannya dan Sabar yang sering mengajukan proyek sana sini yang kena tipu seseorang dianggap korupsi dan dimasukkan ke dalam sel.

Pada akhirnya Tigor dan Sabar meninggal. Di tengah Sahat yang terbuai dengan kesuksesan yang dimiliki karena mengikuti mertuanya.

Lalu Sahat yang awalnya sangat idealis, tersadar bahwa ia telah kehilangan teman-temannya. Prinsipnya yang sudah tergadaikan demi kekayaan.

Poin yang dapat diambil dari film ini Jika tak pintar mengendalikan, kesuksesan dan kekayaan akan merubah kepribadian seseorang, merebut persahabatan dan rasa kemanusiaannya.
Maka berhati-hatilah.

Oh iya, film ini plotnya terkesan monoton. Jika anda kurang menyukai sastra, maka hindarilah menonton film ini. Namun jika anda mengetahui asal muasal film ini dibuat, dan tahu bahwa film ini diaangkat untuk menghargai tanah Samosir kepada khalayak maka anda patut menonton film produksi anak negeri ini.


Chriesty
Wifey Stories

1 komentar